Di sebuah hutan belantara hiduplah seekor cacing tanah. Kesehariannya hanya berada di lumpur-lumpur, ia tidak berani keluar dari lumpur karena takut terhadap hewan yang dapat memburunya dan memakannya. Pada suatu hari yang cerah, ia sedang duduk santai di lumpurnya, kemudian secara tidak sadar cacing tanah itu pun tertidur. Setelah sekian lama tertidur, ia terkejut ketika penghuni hutan berteriak ada pemburu. “ada pemburu, ada pemburu...., ayo cepat kita lari...cepat lari...” kata semua penghuni hutan, cacing tanah pun terkejut dan terbangun dari tidurnya, cepat-cepat ia berusaha lari namun ia tetap tidak bergarak jauh. Ia terlempar kesana kemari dan hapir saja ia terinjak oleh kaki binatang lain. “tolong, tolong akuuuu, aku hampir terinjak kaki kalian” kata cacing tanah itu kepada binatang-binatang besar lainnya, tetapi binatang lain tidak memperdulikannya. Akhirnya cacing tanah pun tetap berdiam di dalam lumpur dan bersembunyi seraya melihat binatang lain berlari dengan lincah.
Secara tidak senghaja ia melihat seekor tupai berlompatan dengan sangat lincah diatas pohon dari satu pohon ke pohon lainnya. Tupai itu terlihat sangat hebat, gesit dan cepat refleksnya.
Setelah semua penghuni hutan pergi dan berlari mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, tinggallah cacing tanah sendiri di dalam lumpurnya seraya melihat bentangan langit. “ya Tuhan, Engkau Maha Kuasa, Engkau Maha pengabul segala hajat hamba-hamba Mu, hamba ingin menjadi seekor tupai agar hamba dapat berlari dan berloncat-loncatan dengan lincah di dahan kayu dari satu pohon ke pohon lainnya. Kabulkanlah hajat hambaMu ini ya Tuhan” kata cacing tanah itu berdo’a kepada Tuhan. Tuhan pun mendengar do’anya, tidak lama kemudian cacing tanah itu berubah menjadi seekor tupai yang gesit, lincah dan hebat. “hahaha..aku senang sekali” kata tupai tadi seraya melompat-lompat kesana kemari dari satu pohon ke pohon lainnya.
Tiga hari kemudian, saat tupai tersebut sedang mencari makan di atas pohon,tanpa disadarinya ia sedang diikuti oleh seekor ular. “haitupai, kau tahu, aku sedang lapar dan engkau terlihat sangat nikmat. Aku akan memakanmu” teriak ular seraya membuka mulutnya bersiap untuk menggigit tupai. Tupai pun terkejut dan menghindar dari serangan ular. Ia berlari dengan sekuat tenaga menghindari mautnya dari ular terseebut. Tupai yang lincah itu akhirnya berhasil lolos dari kejaran sang ular setelah berusaha keras berlari. Tupai tersebut berdo’a lagi “Ya Tuhan, jadikanlah aku seekor ular agar aku tidak di mangsa lagi oleh ular”. Tuhan pun langsung menjawab do’anya, ia dijadikan seekor ular, ia langsung saja memburu hewan-hewan kecil lainnya karena ia merasa sangat lapar, “hmm...enak juga ya jadi ular, aku tidak diburu lagi, tetapi aku yang memburu. Hhhaaaahhhaaa”, katanya tertawa puas sambil memakan binatang buruannya.
Beberapa hari kemudian, ular tersebut tidur santai di dahan pohon setelah ia menghabiskan makan siangnya. Karena tertidur lelap sekali ia tidak sadar kalau ada sekawanan manusia yangsedang berburu binatang. “lihat, ada ular di atas pohon itu” kata seorang manusia kepada teman-temannya setengah berteriak. Mendengar suara manusia tersebut, ia terbangun dari tidurnya. “ya, benar, daging ular itu dapa kita makan dan kulitnya dapat kita jadikan baju. Ayo cepat kita tangkap dia!” kata salah satu manusia yang lainnya. Mendengar pembicaraan manusia tersebut, ular itu kaget bukan kepalang karena ia akan diburu dan dijadikan bahan makanan serta bahan pakaian. Ia pun bersiap menyerang manusia tersebut untuk melindungi dirinya. Ia menerjang manusia tersebut seraya membuka mulutnya lebar-lebar. Namun ternyata manusia-manusia itu dapat menangkis serangannya dan dapat melemparkannya ke tanah, ular itu merasa sedikit pusing. Tanpa menyia-nyiakan waktu, manusia itu mengambil senjatanya dan bersiap untuk menangkap ular tersebut. ular tersebut menyadari perbedaan kekuatan dirinya dan para manusia, akhirnya ia berlari menghindari tangkapan para pemburu tadi. Setelah lama berlari, ular tersebut berhasil lolos dari kejaran para pemburu itu.
“Ya Tuhan, jadikanlah hamba seorang manusia agar hamba tidak diburu, dimakan dan tidak dikuliti manusia”. Tuhan langsung menjdikannya seorang manusia yang tampan dan gagah.
Ia lalu pergi menuju perkampungan dan berdiam disana, ia membangun tempat tinggal dan berteman di kampung itu. Satu bulan kemudian, ia merasa bahwa dirinya kuat, tangguh dan tampan. Ia pun merasa mampu menjadi pemimpin di kampung itu, ia menantang pemimpin terdahulu. Pertarungan perebutan jabatan kepala suku pun terjadi. Akhirnya ia pun kalah dan dipenjara karena telah berusaha melawan ketua kampung itu.
Di dalam penjara ia termenung. “hai hambaku, kenapa kau termenung?” kata Tuhan menyapanya, “wahai Tuhanku, saat ini aku sedang dipenjara, menjalani hukuman, aku tidak bahagia wahai Tuhanku” katanya kepada Tuhan. “hai hambaku, bukankah apa yang kau pinta selalu aku kabulkan?” kata Tuhan lagi, “wahai Tuhanku jadikanlah aku tuhan sama sepertiMu, agar aku tidak ada lagi yang mengalahkanku” katanya kepada Tuhan tanpa rasa bersalah. Seketika itu juga Tuhan langsung mengubahnya kembali menjadi cacing tanah, “hai hambaku, syukurilah hidupmu yang telah aku berikan” kata Tuhan kepada hambanya yang menjadi cacing tanah kembali.
EmoticonEmoticon